Friday 7 November 2014

Patrol 781

Sudah hampir 5 tahun saya cuti bermain MTB terutama Downhill. Awalnya saya cuti bermain MTB adalah karena cidera punggung yang saya alami. Tapi setelah lama pulih justru aktivitas pekerjaan saya lebih banyak dilakukan pada weekend, sehingga menyulitkan bagi weekend warrior seperti saya, akhirnya keinginan untuk memiliki MTB lagi surut kembali.

Sampai pada akhirnya beberapa minggu lalu secara tak sengaja saya mendapatkan frame Patrol 781 di Build A Bike (BAB), Slipi. Sebenarnya bukan tak sengaja sih, pada awalnya saya mencari seatpost untuk Steamroller. Melihat sebuah frame United Patrol 781 yang tergantung, saya iseng bertanya ke salesnya. Dia menjawab "Ambil tuh pak, stok terakhir". Ya memang, seri United Patrol 781 memang seri frame Freeride Downhill dari merk sepeda United. Karena saat ini Patrol sudah menjadi merk sepeda sendiri, dengan segmen premium. Untuk seri downhillnya sendiri konon menggunakan nama Patrol Mountain 871 . Saat ini Patrol Mountain 871 sepertinya masih belum dilepas di pasaran, masih menjalani beberapa seri test dan kejuaraan downhill. Untuk penampakan aslinya bisa kita lihat salah satunya di gerai BAB Alam Sutra.

Oke kembali ke frame United Patrol 781 yang ditawarkan oleh sales BAB Slipi. Si sales menambahkan, "Diskon 25% pak, biar ga kelamaan dipajang pak". Wah, menambahkan kegalauan nih, iseng cek website bukalapak.com sebentar untuk cari harga pasaran frame barunya di para pedagang online dan ternyata harga setelah diskon masih lebih murah dari harga di pasaran. Lalu saya ingat, kalau frame Patrol 781 ini pernah diskon sampai 30% pada musim diskon bulan Agustus lalu. Iseng saya tanggapi, "Loh, bukannya kemarin diskon 30% ya, udah diskonnya 30% aja daripada kelamaan dipajang di sana, mending saya ambil sekarang". Dan ternyata penawaran saya disetujui oleh salesnya. Niat awal mencari seatpost malah dapatnya frame, hahahaha...

Karena harga yang selisih jauh dengan harga pasaran, sempat terpikir untuk dijual kembali, lumayan kan mendapat selisih beberapa rupiah untuk tambahan jajan. Tapi setelah ditimbang kembali, dipakai sendiri saja lah. Sebab stok Patrol 781 di BAB cabang lain juga sudah habis (kecuali di para pedagang online).

Perlu sedikit waktu untuk mengumpulkan satu persatu komponennya. Komponen-komponennya tidak didapat dari satu sumber melainkan dari banyak sumber, misalnya saja:
- Rim, seatpost, chainring dan seatclamp dari Bagus Bike BSD
- Hubset dari Oki Bike Cibinong
- Headset dan rantai dari Formula Ciputat
- Handlebar, Grip dan Ban dari BAB Pondok Indah
- Crank, Rem, Sadle dari Rodalink BSD
- Stem, Fork, Cassete, Sifter dan Rotor dari Mat Ares Kudus
- RD dan Pedal dari Jayabike Ciputat
- Kabel sifter, spoke, perakitan roda dan sepeda di Pancalen Cycles Mampang.

Oleh karena basic framenya sendiri memiliki warna yang agak tabrakan dan mencolok, oleh karena itu pemilihan warna komponen sengaja diambil senorak dan setabrakan mungkin tapi tetap dalam koridor sedap di pandang, hahahaha...
Oleh karena itu, sengaja rim saya ambil Pink Camo. Saya sudah banyak melihat rim dengan warna mencolok atau bahkan kombinasi warna yang menonjolkan kesan sangar. Tapi warna camouflage yang didominasi pink? Sepertinya masih jarang.
Sisanya, warna oranye pada sektor kokpit dan sedikit kombinasi emas-emasan pada sektor drivetrain.

Spek Lengkap:
- Frame : United Patrol 781, rear shock Rock Shox Vivid R2C
- Fork : Marzocchi Bomber 66 (Model tahun 2010)
- Headset : Cane Creek 1.5"
- Stem : Kona
- Handlebar : Funn 810 (ini kepanjangan sih, mau dipotong jadi 760 atau 780) + United Lock on Grip
- Seatpost : Funn 30.9
- Saddle : Velo
- Crank : Saint 165mm + Chainring Race Face Narrow Wide 34T
- Pedal : Shimano DX Clipless
- RD : SLX
- Rantai :YBN Gold
- Cassette : Deore 11-36
- Sifter : SLX
- Discbrake : SLX Icetech + Rotor XT 6 Bolt
- Wheelset : MTX 33 + DT Swiss Comp Spoke + Novatec Hubset
- Ban : Maxxis Ardent 26 x 2.40

Belum dicoba lebih lanjut di trek yang seharusnya, hehehehe...






Terima kasih saya ucapkan kepada para Toko dan Teman-teman yang telah mensuplai beberapa komponen-kompenen sepeda ini, serta Terima kasih spesial kepada Pancalen Cycles yang telah merakit wheelset dan merakit sepeda ini...

Saturday 25 October 2014

Surly Steamroller Masih Seenak Yang Dulu

Steamroller ini merupakan sepeda Surly pertama saya (sepeda istri saya tepatnya, tapi justru saya yang lebih sering memakainya) sejak tahun 2010an. Ya dahulu dibuat dengan spek seadanya, misalnya rim diambil dari sepeda fixie pertama saya, Rigida DP 2000. Rigida DP 2000 ini menjadi satu-satunya parts yang paling awet sampai sekarang. Beli di Rodalink Depok dengan harga seratus ribuan per pasang. Jaman itu pas lagi awal boomingnya fixie dengan model dinding  rim yang tinggi, tetapi tidak banyak pilihan produk. Parts yang paling awet kedua adalah hub depan tiagra (dahulu beli di Rodalink hanya tujuh puluh ribuan) dan hub belakang Novatec.

Pada masa itu, sepeda fixed gear dengan hub track (ataupun hub khusus fixed gear) menjadi barang mewah, termasuk Novatec ini, bisa dibilang barang mewah dengan harga yang menurut saya tidak masuk akal (masak iya hub ulir single harga jauh lebih mahal dari hub MTB untuk multi speed?). Hub Novatec ini saya dapat satuan, hanya belakang saja, di almarhum Mencos (maksudnya tokonya sekarang udah almarhum, ownernya sepertinya sudah beralih usaha atau pindah ke tempat lain) dengan harga kurang dari dua ratus ribu. Untuk barang bekas, harga segitu pada masa itu bisa dibilang murah, mengingat harga barunya yang bisa lebih dari enam ratus ribuan sepasang. Yaah, namanya juga barang bekas dengan harga yang cukup murah, harus bisa menerima konsekuensinya, salah satunya kondisi as bearingnya yang sudah tidak orisinil. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah, hubnya masih enak dipakai. Dipasangkan dengan ban kenda bawaan Polygon Heist ukuran 700x38 membuat gowes commuting bisa sedikit "gradakan". Cukup percaya diri lah untuk melewati jalanan kasar, trotoar dan jalanan paving tidak rata tanpa mengurangi kecepatan.  Spek lengkap yang saya pakai bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya mengenai Steamroller ini: http://galihleo.blogspot.com/2011/09/surly-steamroller.html

Settingan tersebut cukup bertahan lama hingga akhirya tahun ini iseng mau mencoba untuk mencoba CX. Saya sadar Steamroller agak merepotkan jika harus dikonversi ke CX multispeed, oleh karena itu pilihan yang paling bijak adalah mengkonversi jadi CX single speed. Namun kondisi ban yang tidak sesuai, bearing hub belakang yang sudah mulai oblak, seatpost yang seret, dan spacing rem belakang yang sudah mepet. Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya dibawalah Steamroller ini di workshop kawan baik saya, Ranggapanji, http://pancalencycles.blogspot.com/. Terdapat beberapa perbaikan dan perubahan, antara lain:
1. Perbaikan:
- Mengganti as dan bearing hub belakang. Kebetulan ada parts yang bisa dikanibal. Akhirnya kondisi hub belakang kembali berputar dengan tanpa hambatan.
- Melepas seatpost yang mampet, Ini tingkat kesulitannya sangat tinggi, butuh beberapa waktu hingga akhirnya bisa terlepas. Ini sebenarnya penyakit pernah terjadi waktu sepeda ini dibawa ini ke Timika beberapa tahun lalu. Waktu itu skalanya masih seret, untuk membukanya butuh bantuan pelumas 1 kaleng kecil WD40, kunci pipa besar dan bantuan tenaga 3 orang kuli. Butuh beberapa jam untuk bisa melepaskannya. Dan sekarang, penyakit itu kumat kembali, bukan hanya seret tapi sudah kategori mampet. Sampai-sampai harus dibuka pakai bantuan ragum katanya.
- Mengganti spoke depan dan menyetel ulang roda depan belakang. Ya sepertinya sudah wajar dilakukan penyetelan ulang, sudah 4 tahunan tidak pernah disetel.

2. Perubahan:
- Mengganti ban dengan ban yang berpacul. Ya, rencana bermain CX pasti akan menemui beberapa jalanan tanah. Kebetulan di workshop tersebut ada sepasang ban Maxxis Mimo CX ukuran 700 x 32. Penggantian ban ini tidak menemui kendala sama sekali, sebab spacing Steamroller memang diperuntukkan sampai 700 x 38.
- Mengganti chainring lebih kecil. Sebelumnya pakai 46 lalu diturunkan menjadi 38. Ya rencana bermain di trek tanah memang harus meringankan rasio gear supaya lebih ringan digowes di jalanan tanah.
- Mengganti handlebar menjadi flat bar yang agak lebih lebar dari sebelumnya. Jika sebelumnya memakai rise bar yang hanya selebar bahu, sekarang pakai flat bar dengan lebar kurang lebih 62cm, agar manuver di trek tanah lebih stabil tapi tetap responsif.
- Mengganti rem belakang menjadi medium reach. Sebelumnya saya pakai rem short reach yang telah dikikir. Sebenarnya tidak ada masalah dengan spacing roda, hanya menyisakan ruang yang sangat rapat, sehingga tidak memadai jika ingin masuk trek tanah atau pakai ban yang agak gondrong sedikit. Lagi-lagi kebetulan di workshop Ranggapanji ada parts yang bisa dikanibal.
- Mengganti seatpost. Ya ini tentu saja!!
- Mengganti sadel dengan yang lebih empuk. (dapat barang diskonan di BAB)
- Mengganti rantai dengan Halflink, agar geser-geser as hub belakang tidak terlalu banyak.



Belum sempat mencoba setting baru ini trek CX, tapi baru dicoba buat muter-muter di lapangan tanah dekat rumah. Di kondisi tanah merah lepasan dan sedikit berpasir memang terasa ada selip di bagian belakang, mungkin saja karena belum terbiasa, masuk tanah-tanah dengan ban kecil.. Masuk ke area makadam gripnya cukup bagus, jauh lebih membuat percaya diri dibanding di area tanah sebelumnya.

Setelah itu mencoba di jalanan aspal. Penggantian bearing baru memang terasa sangat signifikan, gowes menjadi makin ringan dibanding sebelumnya. Walaupun bannya berpacul, tidak terasa hambatan yang berarti, tapi memang menjadi sedikit agak mendengung ketika dibawa jalan. Kombinasi gear yang ringan membuat sepeda ini tidak bisa sekencang dulu lagi, ketika gowesan dirasa sudah cukup kencang ya tinggal coasting saja, nikmati sepeda ini meluncur bebas. Dengan ban berpacul dan ukuran yang masih agak gendut, manuver-manuver ketika bersepeda di tengah kemacetan lalu lintas juga sangat oke, "gradakan" di bahu jalan yang tidak beraspal, trotoar yang tidak rata bahkan sedikit bunny hop juga masih bisa dihadapi.

Sepertinya, dengan settingan bagaimanapun Surly Steamroller ini akan tetap seenak seperti pertama kali mencoba...
(tentunya dengan settingan yang wajar dan masih batas toleransi)

Monday 29 September 2014

Aplikasi Anti Karat Sendiri Di Suzuki Ertiga (bagian Pertama)

Sebenarnya aplikasi anti karat penting ga penting bagi mobil. Penting, kalau daerah tinggal kita dekat dengan laut dan mobil sering lewat genangan air rob.Ga terlalu penting kalau daerah tinggal jauh dari area pantai dan jarang atau malah ga pernah lewatin daerah rawan banjir rob. Karena sebenarnya proses dari pabrik juga sudah melalui proses anti karat sebelum dicat. Tapi tidak ada salahnya juga kalau kita mau menambahkan sendiri sebagai perlindungan ekstra.

Dahulu kala ketika masih kuliah, saya pernah iseng eksperimen di Jip saya aplikasi anti karat kolong pakai Flinkote. Dikerjakan sendiri juga, di kuas satu persatu, bagian per bagian. Tapi sayangnya waktu itu belum punya blog jadi tidak bisa dibuatkan tulisan di blog ini, lagipula sekarang Jipnya juga sudah berpindah tangan.

Nah, sekarang mumpung lagi banyak waktu senggang ingin coba eksperimen lagi. Sebelumnya saya membuat perbandingan dulu dengan aplikasi antikarat bermerk yang dikerjakan di workshop versus aplikasi antikarat sendiri. Rata-rata aplikasi antikarat di workshop harganya 1,5juta-2juta bahkan lebih, tapi hasilnya pasti rapih dan kita tinggal terima beres. Sedangkan kalau mau dikerjakan sendiri berikut perhitungannya:
1. Anti karat Rubberized Undercoating Spray 1 kaleng 50ribuan. 1 kaleng bisa untuk 2 spakbor dan masih sisa untuk tengah. Jadi kalau mau total seluruh kolong mungkin bisa habis 3-5 kaleng. Sekitar 250ribuan untuk belanja bahannya. Merk bermacam-macam, yang paling gampang ditemui adalah merk Penray. Banyak dijual di supermarket atau toko onderdil mobil. Saya sendiri pakai merk Master, waktu itu mau beli Penray stoknya tinggal 2 kaleng. Akhirnya ambil merk Master, harganya pun sedikit lebih murah 5ribu rupiah.
2. Lakban kertas, untuk menutup area yang ga ingin tersemprot. 10ribuan satunya.
3. Masker dan Kacamata Safety. Kurang lebih 50ribuan total. Percayalah ini bakal kepake, dengan posisi muka kita menghadap ke atas, cipratan-cipratan coating ini pasti ada yang jatuh ke muka kita dan tentu saja kita ga ingin mata kita kelilipan anti karat bukan?.

Total habis 300ribuan ditambah capek karena harus bongkar pasang sendiri. Tapi ada kepuasan batin karena sudah bisa melakukan sendiri ditambah kita jadi semakin tahu tentang seluk mobil kita (maklum bagian kolong merupakan bagian yang paling jarang ditengok oleh pemilik mobil).
Sebenarnya ada lagi yang lebih murah daripada pakai Rubberized Undercoating, yaitu pakai Flinkote. Kalau tidak salah harganya tidak sampai 50rb sekalengnya (1kg) dan itu bisa mencakup untuk keseluruhan kolong plus spakbor, dan cara aplikasinya adalah dikuas.

Niat awalnya mau dikerjakan dari pagi, bangun pagi, sarapan, main sama anak sebentar lalu langsung ngoprek. Tapi ternyata, bangunnya malah kesiangan, bangun-bangun sudah hampir jam 11 siang, ditambah sebelumnya harus menghadiri undangan pemilihan ketua RT-RW di komplek, mulai ngoprek sudah jam 1 siang. Hahahahah...

Oleh karena garasi rumah konturnya menurun, maka mengerjakan di dalam garasi rumah sangat berbahaya, mau tidak mau dikerjakan di luar. Tahap pertama rencananya adalah aplikasi anti karat pada spakbor belakang.

Oke, mari kita siapkan alat-alatnya terlebih dahulu:
Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Dongkrak (bisa pakai dongkrak bawaan)
2. Sepasang jack stand
3. Obeng min (untuk mencukil klip) dan plus untuk membuka sekrup spakbor.

Tahap pengerjaan:

1. Sebelum mendongkrak, pastikan posisi gigi masuk di perseneleng mundur dan rem tangan aktif. Mendongkrak mobil wajib di tempat yang rata.
2. Sebelum mendongkrak, terlebih dahulu lepas baut roda, jangan sampai terlepas cukup sampai kendor saja. Lalu kemudian dongkrak mobil sampai cukup terangkat dan bisa dimasukkan jack stand. Pasang jack stand di titik dongkrak yang telah ada, setelah itu baru kita bisa lepas rodanya.
(gambar saya ambil dari sini )
Oiya jangan lupa melepas ban serepnya sekalian, karena area dek di ban serep juga akan disemprot

3. Setelah roda terlepas, lanjut dengan melepas cover plastik spakbor dengan melepas klip plastik dan membuka sekrupnya. Keseluruhan klip dengan menggunakan obeng min dan sekrupnya dengan menggunakan obeng plus. Total ada 10 klip, 3 sekrup putih dan 1 sekrup hitam.

4. Setelah cover plastik terbuka, akan terlihat jelas ada bagian yang jadi tempat penampungan kotoran (area yang dilingkari). Apabila kita membaca seksama buku petunjuk, karat dapat dicegah dengan mencucinya sesering mungkin. Mobil yang sering terkena kotoran akan lebih berisiko terkena karat. Untuk area kolong sebetulnya tidak terlalu berisiko karena kita dapat dengan mudah mencucinya, baik dengan sistem hidrolik ataupun cara cuci kolong tradisional. Tapi untuk area-area yang tersembunyi ini sering luput dari perhatian.
Bersihkan area-area yang masih terdapat tumpukan debu dan tanah dengan menggunakan lap basah

5. Sebagai tindakan pencegahan tidak ada salahnya menutup area lingkar spakbor dengan lakban kertas dan koran. Tapi jika tidak dipasang juga tidak masalah, yang penting sediakan lap kain halus dan minyak kayu putih, apabila tidak sengaja tersemprot di body mobil, bisa langsung dibersihkan pakai minyak kayu putih.

6. Semprotkan Rubberized Undercoating tersebut secara merata diseluruh area spakbor. Seperti namanya, sepertinya Rubberized Undercoating ini memang mengandung karet, jadi seperti aspal dicampur karet cair. Setelah kering jadi agak sedikit kenyal. Mungkin hal ini lah yang membuat Rubberized Undercoating juga berfungsi sebagai tambahan kedap suara. Setelah seluruh spakbor disemprot secara merata, kini lanjut ke kolong dek di area belakang. Semprot secara merata di area dek. Di bagian ini lah, kacamata safety memainkan perannnya, karena setelah selesai penyemprotan, tiba-tiba muka saya jadi banyak tahi lalatnya, hahahaha.. Ga kebayang kalau saya harus kelilipan cairan antikarat yang mengandung karet.


7. Setelah selesai, pasang kembali keseluruhan cover plastik, kembalikan ban serep pada tempatnya, lalu pasang rodanya kembali. Jangan langsung dikencangkan baut rodanya. Pengencangan baut roda dilakukan ketika dongkrak sudah turun.

Sebenarnya ingin melanjutkan ke area roda depan, tapi hari sudah semakin sore. Akan saya lanjutkan lagi kapan-kapan kalau lagi mood, hehehehe..

Salam

Thursday 18 September 2014

Waspada Modus Penipuan Pura-pura Membeli Mobil/Motor

Beberapa waktu lalu saya memang sedang menjual mobil saya melalui iklan di internet dan koran poskota. Salah satu resiko yang harus kita hadapi ketika kita memajang nomor telpon di internet adalah kita harus siap dengan resiko telpon/sms penipuan.

Sudah banyak SMS yang masuk ke saya dengan bahasa yang kurang lebih begini:
"Saya sudah cocok dengan harga mobil yang anda jual, tolong hubungi suami/saudara saya di nomor sekian sekian sekian..."
Ya format bahasa kurang lebih sama hanya saja diganti objek orang yang harus dihubungi dan nomor telfonnya.
Sudah jelas ini penipuan, seandainyapun saya iseng nelfon ke nomor yang dicantumkan, pasti ujung-ujungnya diarahkan ke ATM untuk dikuras isi rekening kita. SMS yang seperti ini tidak saya tanggapi. Eh, sebentar... Pernah sih saya balas sekali: "Datang aja lihat dulu barangnya".
Ya sudah jelas tanggapannya, tidak ada balasan lagi dari si pengirim SMS. Lagipula aneh juga, baru sekedar lihat di iklan, apalagi iklan baris koran, tiba-tiba SMS asal bilang cocok saja, mana kita yang harus menghubungi pula.

Yang agak mengecoh ada satu SMS yang format bahasanya jauh berbeda.

(Catatan: Sementara ini abaikan dulu SMS saya tentang nomor rekening).

SMS tersebut datang pada hari yang sama pada saat saya mengiklankan mobil saya di koran Pos Kota. Ada sedikit keraguan, SMS tersebut terkesan yakin sekali dengan kondisinya. Saya berfikir positif saja mungkin orang ini melihat dari iklan di internet, yang memang saya deskripsikan dengan lengkap kondisinya.

Berjualan online bukanlah hal yang baru bagi saya. Setiap barang yang saya jual di media internet baik itu barang baru ataupun bekas akan saya jabarkan sedetil mungkin. Terlebih lagi untuk barang kondisi bekas saya akan tambahkan detil kekurangannya, agar orang yang menyempatkan waktu dan datang dari jauh tidak kecewa. Urusan jadi atau tidaknya transaksi itu urusan belakangan, yang penting jangan mengecewakan orang lain.

Setelah berbagai pertimbangan dan menghilangkan keraguan atas SMS penipuan, akhirnya saya balas orang tersebut. Yaaaa, standar bahasa SMS saya ke setiap orang yang bertanya melalui SMS. Beberapa jam kemudian orang tersebut (Dr. Agung) menelfon saya, kurang lebih percakapannya seperti ini:

- Dr. Agung: "Selamat siang, saya Dokter Agung. Mau menanyakan mobil yang bapak jual masih ada?"
- Saya: (dalam hati berkomentar, wah PD banget ini orang dengan gelarnya Dokter. Saya juga punya banyak teman Dokter rasanya biasa saja dengan gelar Dokternya, tidak pernah menyelipkan Dokternya sebelum nama) "Selamat siang, masih ada pak"
- Dr. Agung: Kebetulan saya berminat, tapi saya tidak bisa datang ke tempat bapak. Saya sudah cocok dengan kondisi mobilnya dan harganya. Kalau boleh ditahan dulu sampai lusa karena saya baru bisa ke tempat bapak lusa."
- Saya: "Ya tidak masalah sih, tapi seandainya sebelum lusa sudah ada yang beli saya akan lepas ke pembeli yang tercepat saja"
- Dr. Agung: "Kalau ngga begini aja Pak, saya DP dulu tiga juta, nanti sisanya saya kasih Bapak delapan puluh juta waktu saya ke tempat Bapak"
- Saya: (dalam hati berkomentar, wah baik sekali orang ini, sudah tidak nawar mau kasih uang duluan pula). "Bapak apa ga sebaiknya lihat dulu saja? Lokasi Bapak dimana?"
- Dr. Agung: "Tidak apa-apa pak, kebetulan saya sudah cocok, tolong SMS nomor rekening Bapak sebentar lagi saya transfer. Kebetulan saya tinggal di Bintaro juga"
- Saya: "Oke saya SMS nomor rekening saya sebentaar lagi" (lalu mengucapkan terima kasih dan menutup telfon).

Wah, baik betul si Dokter Agung ini. Sudah tidak nawar, belum pernah ketemu, mau asal kasih uang pula. Tapi saya tidak asal senang dulu, tetap santai dan kalem. Cek kembali nomor telfonnya di internet, siapa tahu masuk ke dalam nomor blacklist. Ternyata hasil pengecekkan di internet kurang membawa hasil yang memuaskan. Memang ada sih nomornya, tapi kok nomor mengiklankan diri sebagai pijat pria panggilan ya? Dan spamming di halaman komen facebook orang-orang?




Jika dilihat dari internet nomornya dipakai oleh si pijat pria itu terakhir pada tahun 2011. Mungkin orang tersebut sudah naik pangkat dan alih profesi dari Pijat Panggilan Pria menjadi seorang Dokter, atau mungkin saja nomor tersebut sudah lama tidak aktif lalu didaur ulang oleh pihak operator dan dibeli oleh Dokter Agung ini. Banyak kemungkinannya.

Akhirnya saya SMS nomor rekening saya ke Dokter Agung tersebut. Tapi sebelumnya saya kosongkan dahulu rekening saya (dipindahkan ke rekening bank lain lebih tepatnya). Sebagai antisipasi saja, takutnya ternyata si Dokter Agung ini adalah hacker tingkat tinggi yang bisa menguras isi rekening dengan hanya mengetahui nomor rekening saja, ya siapa yang tahu, tetap harus waspada.


Tidak beberapa lama setelah saya SMS nomor rekening, Dokter Agung pun menelfon saya mengatakan bahwa sudah ditransfer via ATM tiga juta ke rekening saya. Saya hanya jawab singkat "Oke pak saya cek dulu".

Jaman serba mudah, dengan HP yang mudah mengakses internet tentu saja tidak sulit untuk mengecek mutasi saldo, apakah sudah ada dana yang masuk atau belum. Dan seperti yang sudah diduga, tidak ada dana masuk sama sekali. Lalu saya SMS Dokter Agung tersebut bahwa dana belum masuk. Sepertinya hal ini yang sudah diharapkan oleh Dokter Agung tersebut, si Dokter Agung tersebut langsung menelfon saya (mungkin akan lain halnya kalau saya bilang bahwa dananya sudah masuk, mungkin akan terjadi momen keheningan), kurang lebih percakapannya seperti ini:

- Dr. Agung: "Pak maksudnya bagaimana ya? Kok dananya belum masuk? Saya sudah transfer lewat atm ini Pak?" (dengan nada terdengar  panik)
- Saya: "Ya, saya tidak tahu, saya cek di internet banking tidak ada dana yang masuk, ini saya lagi lihat internet bankingnya. Kalau engga gini aja, saya smsin alamat email saya, bapak email ke saya bukti transfernya"
- Dr. Agung: "Waduh pak, saya pakai hp lama tidak bisa email. Tolong bapak bisa cek dari atm, saldo saya sudah berkurang ini pak"
- Saya: "Ngapain saya harus cek atm? Hari gini cek saldo bisa pakai internet banking. Bapak kalau mau nipu saya untuk ngarahin saya ke atm lebih baik bapak cari korban lain aja"
(dan telfonnya langsung ditutup oleh Dokter Agung).

Dalam hati saya tertawa, maunya sih ingin ngerjain lebih lanjut, tapi saat ditelfon posisi saya sedang Buang Air Besar. Mengganggu konsentrasi dan kenikmatan Buang Air Besar adalah suatu hal yang tidak dapat ditolerir bagi saya, jadinya saya terpaksa mengakhiri pembicara dengan kalimat seperti itu.

Setelah selasai urusan Buang Air Besar, saya pun melakukan ritual bersih-bersih... (sepertinya hal ini tidak usah diceritakan lebih lanjut), maksudnya saya pun mencari informasi penipuan berkedok membeli mobil dan ternyata banyak yang mengalami hal yang serupa. Sebagian besar sih justru si korban yang mengerjai si penipunya, tapi walaupun begitu rupanya si penipu tidak kapok juga.

Pada intinya adalah mereka (si penipu) berpura-pura minat dengan mobil yang dijual, lalu bilang akan transfer dana untuk booking/tanda jadi. Si penipu memang mengharapkan calon korban untuk menghubungi kalau dana belum masuk, lalu kemudian akan diminta datang ke atm. Ketika sudah datang di atm lalu korban akan diajak conference call dengan orang yang mengaku CS Bank. Nah disinilah jurus penipuannya beraksi, entah itu hipnotis jarak jauh atau bagaimana sehingga korban bisa diarahkan untuk memencet kombinasi angka yang justru akan menguras isi rekening kita.

Saya ingin berbagi sedikit tips agar kita dapat terhindar dari penipuan yang serupa:
1. Pastikan kita mendaftar internet banking atau minimal sms banking. Jadi apabila ada yang mengaku transfer kita bisa mudah mengeceknya tanpa harus susah payah ke atm. Mendaftar internet banking sangat mudah dan gratis, apabila kita bukan nasabah yang aktif sehingga tidak butuh token. Minimal aktifkan internet banking untuk sekedar melihat mutasi saldo.
2. Sebaiknya punya lebih dari satu rekening bank. Apabila kita ingin memberikan nomor rekening kita ke orang asing yang mencurigakan kita bisa sebelumnya memindah isi saldo kita ke rekening bank yang satu lagi. Ya seandainya kita apes terhipnotis atau tertipu, ya silakan saja menguras sisa rekening yang tinggal beberapa ribu rupiah.
3. Tetap tenang. Jangan tergiur dengan hal-hal yang terlampau mudah. Seperti halnya tiba-tiba ada orang yang tidak dikenal mau transfer dahulu tanpa melibatkan sebuah transaksi.
4. Kerjain si penipu dengan memperlama komunikasi, kita tidak mengharapkan si penipu akan bertobat saat itu juga, tapi minimal kita bisa menguras pulsa si penipu. Atau jika sudah tahu akan ditipu dengan hal yang sama, konfimasikan saja kalau dana sudah masuk, hal ini akan mempersingkat komunikasi dan membuat momen keheningan yang canggung bagi si penipu.

Semoga hal-hal tersebut di atas dapat berguna.

Salam

Sunday 6 July 2014

Jangan Melihat Hanya Dari Satu Sisi

Paman saya suatu ketika pernah berpesan kepada saya, "Jangan melihat suatu objek hanya dari satu fungsi saja, setrika bukan saja cuma buat nyetrika, bisa saja buat ganjel pintu atau nimpuk maling..."

Paman saya (adik terakhir Papa saya) ini memang yang paling dekat dengan saya sejak kecil, selain karena usia yang tidak terpaut jauh, jiwa nyentrik dan humorisnya yang membuat kami dekat. Bahkan saking dekatnya, apabila saya mampir ke Solo tempat Nenek saya, orang kedua yang saya cari setelah Nenek saya adalah Paman saya. Sebagai generasi di atas saya, usia yang lebih tua dan pengalaman yang lebih banyak, tentu saja layaknya seorang Paman yang baik sering berbagi pengalaman ataupun memberi petuah-petuah bijak kepada keponakannya. Dengan bahasa yang jenaka dan konyol tentunya, salah satunya kalimat di atas.

Kalimat tersebut menjadi salah satu pedoman saya dalam menjalani segala kegiatan. Dengan sedikit modifikasi dan penyesuaian sesuai kapasitas saya tentunya. Walaupun bukan "Setrika" sebagai objeknya namun saya perluas menjadi "Jangan Melihat Hanya Dari Satu Sisi"

Loh bagaimana, mata kita kan hanya hanya satu sisi di posisi sudut pandang orang pertama? Ya memang, mata kita memang hanya bisa memandang hanya dari satu sisi sudut pandang orang pertama, tapi apa yang ada di balik mata lah (alias otak kita, pikiran kita), yang bisa membuat kita melihat lebih luas, lebih jauh bahkan lebih tinggi.

Karena dengan melihat sesuatu hal secara lebih luas dari berbagai sisi, kita akan menemukan sesuatu hal tak terduga yang ternyata bisa bermanfaat bagi kita dan orang lain. Tentunya hal yang tak terduga ini harus kita gali dengan segala kemampuan kita, bukan tiba-tiba datang dengan sendirinya. Ya, seperti halnya arkeolog menemukan fosil purbakala di bawah tanah, memang dari dulu fosilnya sudah di situ, tapi kan harus digali dengan segala kemampuan yang ada, bukan tiba-tiba nyembul ke atas tanah.

Saya kasih contoh pengalaman saya:

Masa Perkuliahan:
Saya mengakui bahwa saya bukan termasuk mahasiswa gemilang, prestasi akademis pas-pasan, sering mengulang mata kuliah yang sama, sering membolos juga. Hal tersebutlah yang membuat masa kuliah saya menjadi agak molor dari jadwal yang seharusnya. Teman-teman saya pada masa-masa akhir semesternya pada umumnya sibuk urus skripsi dan menghindari hal-hal yang bersifat organisasi, tapi saya malah aktif berorganisasi dan menjadi ketua organisasi salah satu kegiatan mahasiswa. Banyak kawan yang mencibir saya ngapain sih akhir-akhir semester bukannya persiapan skripsi biar cepet selesai malah urusin organisasi? Maklum, urusan aktif organisasi biasanya banyak dilakukan mahasiswa tingkat awal, dimana nilai idealismenya masih tinggi.
Tapi saya cuek saja karena saya yakin ada hal yang bisa saya benahi dalam organisasi tersebut. Ya memang sih, organisasi selama kepemimpinan saya menjadi lebih baik, keuangan organisasi yang tadinya selalu minus sekarang bisa surplus banyak. Tidak hanya itu saja, ternyata akibat dari kepengurusan organisasi, saya mendapatkan beasiswa dari Dirjen Pendidikan Tinggi.
Coba kalau saya mengikuti arus teman-teman saya yang pada sibuk terpacu pada satu tujuan skripsi, tentu saya tidak akan mendapatkan beasiswa tersebut.

Masa Awal Pekerjaan:
Pekerjaan awal saya adalah sales produk forex. Dimana banyak yang menganggap rendah atau sinis pekerjaan ini. Ya mungkin karena banyak yang menganggap pekerjaan ini tidak digaji, lebih banyak bohongnya daripada benarnya dan hal lain negatif lainnya. Bahkan teman dekat saya sendiri bilang ngapain sih lu kerja beginian?
Tidak saya bekerja pada bidang ini karena saya juga mengambil ilmunya untuk skripsi saya. Dimana saya bisa mengulas lebih banyak, terutama dari sisi hukumnya. Bahkan ketika sidang skripsi, salah satu dosen pengujinya cukup kaget dengan tulisan saya, dia bilang ini menarik karena kebetulan istrinya juga bekerja di bidang yang sama.

Masa-Masa Pekerjaan Yang Lebih Layak:
Tidak lama setelah saya lulus kuliah, saya bekerja di sebuah law firm. Tidak ada cerita menarik yang bisa saya ceritakan, karena memang tidak lama saya bekerja di sana. Saya pindah ke salah satu perusahaan operator telekomunikasi yang beberapa hari lalu sempat diributkan pada Debat Capres. Cara termudah masuk perusahaan ini dengan menjadi karyawan outsource, ya memang cukup banyak karyawan outsource di perusahaan tersebut, bahkan sampai ke divisi yang memegang info vital perusahaan juga diserahkan ke outsource (melalui koperasi ataupun vendor lainnya).
Sebagai karyawan outsource tentu saja saya mawas diri, status kontrak yang singkat yang bisa membuat deg-degan menjelang akhir masa kontrak, gaji yang timpang berkali lipat dengan karyawan permanen di level dan tanggung jawab yang sama.
Seorang kawan di tim saya hampir setiap hari mengeluh mengenai pekerjaan dan statusnya. Mengeluhkan mengenai status karyawan outsource, mengeluhkan tentang gajinya yang timpang, mengeluhkan tentang beban pekerjaannya, ya hampir setiap hari seperti itu. Tapi bagi saya, perusahaan ini terlalu besar untuk dikeluhkan, pasti ada hal lain yang bisa saya eksplorasi. Enaknya bekerja di perusahaan yang sangat besar adalah banyaknya fasilitas pendukung untuk karyawan (baik untuk permanen dan kontrak), misalnya saja sarana fasilitas fitness gratis dan komunitas-komunitas hobby.
Kebetulan saya hobby bersepeda, lalu saya mencoba masuk di dalam komunitasnya. Sambutan dalam komunitas sepeda cukup hangat, bahkan saya juga menjadi inisiator untuk dibuat pengurus komunitas dan memperjuangkan agar-agar programnya dapat diselaraskan dengan program perusahaan. Walaupun di ruang kantor saya hanyalah karyawan outsource level bawah, tapi di luar kantor saya adalah pengurus komunitas sepeda dan komunikasi saya dengan para level Division Head keatas. Tidak hanya itu saja, ketika perusahaan menjadi sponsor acara downhill skala nasional, saya juga mendapatkan sponsor dari kantor, walaupun bertanding tidak mewakili nama kantor.

Tidak lama setelah saya menjadi pengurus saya dibajak oleh salah satu Paman saya yang sedang ada proyek Solar Panel. Kepergian saya dari perusahaan lama sangat disayangkan oleh rekan-rekan komunitas sepeda di perusahaan lama.
Dalam pikiran saya yang namanya dibajak adalah diberi gaji, fasilitas dan tanggung jawab lebih dari pekerjaan saya. Tapi ternyata tidak, saya hanya diberi gaji separuh dari apa yang saya terima di kantor lama, tidak hanya itu saya tidak diberi pekerjaan apapun selama di sana. Awal-awal saya di sana saya hanya datang, baca koran, tidur siang, browsing lalu pulang. Tidak ada hal apapun yang bisa saya kerjakan meskipun saya sudah mencari-cari untuk yang saya kerjakan. Ini adalah penghinaan atas pengalaman dan ilmu saya. Mencari pekerjaan baru tidak semudah membalik telapak tangan. Akhirnya saya banyak mempergunakan waktu nganggur saya di kantor untuk mempelajari mengenai Solar Panel, meskipun hal itu sangat jauh menyimpang dari latar belakang ilmu saya.
Waktu kosong di kantor saya banyak saya gunakan juga untuk mencoba bisnis online. Yaitu berjualan spare part sepeda. Bersyukur juga banyak waktu kosong di kantor, jadi saya bisa menemukan celah-celah supplier dan juga mempertajam ilmu berdagang. Dari berjualan online ternyata cukup banyak hasilnya, jauh lebih banyak dari gaji saya di kantor lama.
Waktu berlalu hingga akhirnya saya membuat badan usaha dengan nama saya sendiri dan membuat usaha sendiri.
Ya, saya memang berterima kasih kepada Paman saya, walaupun diberi gaji yang tidak sesuai, tapi ternyata ada hal lain yang bisa saya kembangkan dan saya temukan dibalik itu. Coba kalau tidak dibajak, mungkin saya tidak mempunyai kesempatan untuk berusaha sendiri.

Masa-masa berwirausaha:
Sambil mencoba bisnis dalam bidang solar panel, saya juga menyambi bisnis cleaning service. Dalam praktek sehari-hari di bisnis cleaning service, saya selalu terjun langsung di dalam pekerjaan. Bahkan sering juga saya ikut menggosok wc bersama anak buah saya. Pernah ada yang bertanya kepada saya, ngapain sampai ikut-ikutan menggosok wc, kan ada anak buahnya tinggal suruh?
Ya memang saya punya anak buah yang bisa saya suruh, tapi di sisi lain saya juga butuh ilmu-ilmu baru karena hal ini tidak pernah saya temui di latar belakang pendidikan dan pengalaman saya. Salah satu cara untuk menyerap ilmu baru itu ya terjun langsung, bersama-sama dengan anak buah saya. Di sisi lain terjun langsung seperti itu akan meningkatkan moral anak buah saya, mereka akan sungkan apabila tidak bekerja maksimal.
Apa yang saya lakukan bukan tanpa hasil, selain saya mendapatkan ilmu baru, sehingga saya dapat menjelaskan secara lebih jelas kepada klien, salah satu klien expatriat saya sangat senang dengan cara kerja saya hingga akhirnya saya diberi pekerjaan dengan nilai dan tanggung jawab yang lebih besar.
Coba seandainya saya hanya menyuruh-nyuruh anak buah saya tanpa banyak terlibat dalam pekerjaannya, mungkin saya tidak akan diberikan tanggung jawab yang lebih besar.



Akhir kata, saya sangat bersyukur, jika saja saya pada waktu itu tidak menjadikan setrika tersebut jadi pengganjal pintu, mungkin saat ini saya masih begitu-begitu saja...

Monday 5 May 2014

Bersepeda Di Pulau Belitung

Setelah sekian lama tidak melakukan perjalanan ke luar Pulau, akhirnya beberapa waktu lalu saya dapat kesempatan untuk melakukan perjalanan lagi. Tentunya perjalanan ini disertai dengan perkerjaan, bukan murni jalan-jalan liburan.

Kesempatan perjalanan kali ini adalah Pulau Belitung. Persiapan pun saya lakukan, mulai dari bawaan pribadi, alat-alat pendukung pekerjaan, sepeda (ya sepeda, berkunjung ke tempat yang asyik tentu akan mubazir jika tidak "blusukan" dengan sepeda), dan yang terakhir adalah tiket. 

Berhubung barang-barang bawaan yang cukup banyak dan juga kru yang saya bawa juga tidak sedikit, agar ekonomis saya memilih berangkat menggunakan kapal laut. Rencananya kami akan berangkat menggunakan kapal swasta, sudah jauh-jauh hari kami memesan tiket kapal swasta tersebut, tapi apa daya ternyata waktu hari H kapalnya gagal berangkat dikarenakan sepinya penumpang dan muatan yang menuju Pulau Belitung. Akhirnya kami memilih naik KM Lawit (milik PELNI), yang memiliki jadwal pasti walaupun harus mundur beberapa hari kemudian. Ya begitulah apabila naik Kapal Swasta, walaupun harga tiket lebih mahal, tetapi kepastian jadwal menunggu kuota penumpang dan muatan yang mencukupi. Lain halnya jika kita memilih Kapal Pelni yang memiliki jadwal tetap dan tetap akan berangkat walaupun sepi penumpang dan muatan sekalipun. 
Tarif KM Lawit kelas ekonomi cukup murah, hanya 170ribuan rupiah per orang dan mendapat ekstra bagasi 30kg. Wajar saja jika kemarin kapal swasta tidak jadi berangkat, karena ternyata Kapal Pelni pun sepi penumpang, dari 3 Dek Kelas Ekonomi, yang diaktifkan hanya 1, itupun masih banyak tempat kosong, mungkin jika dipadatkan hanya separuh dari kapasitas dek tersebut.

Kapal dijadwalkan berangkat pukul 15.00 dari pelabuhan Tanjung Priok. Dijadwalkan kapal tiba di Pulau Belitung pada pukul 08.00 pagi. Ini adalah kedua kalinya saya naik Kapal Pelni dan pertama kalinya saya mencoba kelas ekonomi. Berhubung sepi penumpang, maka kelas ekonomi pun cukup nyaman walaupun agak sedikit panas karena tidak ada hawa yang keluar dari lubang penyejuk udaranya.




Di dalam kapal saya bertemu dengan turis backpacker asal Jepang. Dia bercerita mengenai perjalanannya dari Jepang menyebrang Rusia, lalu ke China terus menuju selatan hingga akhirnya sampai ke Indonesia hanya melalui perjalanan darat (Kombinasi penyebrangan laut, bis dan kereta). Dia anti menggunkan pesawat terbang karena biayanya yang mahal. Saya lupa namanya karena agak susah diingat memang. Dia bercerita ingin menuju ke Pontianak lalu lanjut ke Kuching, karena visa berkunjungnya ke Indonesia sudah hampir habis. Cukup banyak cerita dan tukar pikiran dengan turis Jepang tersebut, meskipun ada beberapa hal yang tidak nyambung karena keterbatasan bahasa.

Walaupun agak panas, tapi suasana dek kelas ekonomi KM. Lawit cukup untuk membuat saya tidur nyenyak. Paginya kurang lebih pukul 08.00, kapal pun sudah mulai merapat ke pelabuhan Tanjung Batu. kapal membutuhkan waktu cukup lama untuk merapat dikarenakan kondisi air laut yang agak dangkal. Walaupun memakan waktu lama, tetapi kapal bisa merapat tanpa halangan.


Di pelabuhan Tanjung Batu, telah menunggu mobil-mobil antar-jemput yang siap mengantar ke tujuan. Di Pulau Belitung tidak ada angkutan umum ataupun taksi (Angkutan umum yang saya temui selama di Belitung hanyalah Bis yang menghubungkan Tanjung Pandan - Manggar). Harapan satu-satunya untuk keluar dari pelabuhan ini adalah jasa para supir mobil antar tersebut. Untuk tujuan Tanjung Pandan, biaya yang harus dikeluarkan kurang lebih 30.000-45.000 per orang. Jika belum punya kawan di Belitung yang bisa dipinjami kendaraannya sebaiknya kita menyimpan nomor telefon supir tersebut. 

Penduduk lokal Belitung sangat ramah dan tidak pelit berbagi (baik informasi maupun tenaga), sang supir mobil jemputan ini bahkan jadi teman baik kami. Dia tidak ragu untuk mengantarkan saya mencari tempat tinggal, sewaan motor, bahkan ke jaringan teman-temannya yang kira-kira dapat mendukung pekerjaan saya di Belitung. Selain terkenal dengan keramah-tamahannya, Belitung juga terkenal aman. Kita tidak perlu takut kehilangan motor atau mobil walaupun kunci masih menempel di kontaknya.

Hari pertama saya ada di kota Tanjung Pandan Belitung saya langsung membawa sepeda saya untuk berputar-putar keliling kota. Kotanya tidak besar, hanya dengan beberapa kali lewat saya sudah hafal jalan-jalan utama kota ini. Sepertinya pusat keramaian kota Tanjung Pandan tidak jauh-jauh dari bundaran dengan tugu replika Batu Satam.


Seperti halnya pusat kota, di sekeliling tugu ini banyak kita jumpai ruko dengan segala kegiatan ekonominya, pasar swalayan, hotel, gerai KFC, beberapa Bank dan perkantoran. Di dekat pusat kota juga terdapat Pantai Wisata, yaitu Pantai Tanjung Pendam. Tapi karena letaknya di kota, tentu kawasan ini sangat ramai pengunjung. Membuat saya tidak tertarik untuk mampir. 

Keesokan harinya saya mencoba untuk bersepeda lebih jauh, yaitu ke pantai Tanjung Tinggi. Jika dilihat dari peta, jarak dari Tanjung Pandan ke Tanjung Tinggi kurang lebih 35km. Tidak cukup jauh, PP hanya sekitar 70-80 km. 
Kualitas jalan di Pulau Belitung ini luar biasa bagus, aspalnya sangat halus. Menjadikan jalanan di wilayah ibukota seperti sampah jika dibandingkan.

Walaupun secara jarak tidak terlalu jauh, namun panas terik matahari yang menyengat secara langsung membuat perjalanan bersepeda saya menjadi sangat berat. Maklum terbiasa bersepeda di dalam kondisi panas matahari yang telah tersaring oleh lapisan polusi, jadinya cukup kaget menghadapi panas matahari yang begitu menyengat. Apalagi sebelumnya saya tidak memakai sun block atau manset pelindung lengan. Beruntung sepanjang perjalanan banyak ditemui warung milik warga, jadi tidak perlu takut dehidrasi.

Pemberhentian pertama adalah Kampung Nelayan Tanjung Binga. Dari pinggir jalan saya melihat sebuah dermaga dengan perahu-perahu nelayan dan air yang sangat jernih. Cocok untuk istirahat sebentar sambil mengambil beberapa foto.




Melihat air laut yang begitu jernih, terumbu karang dan ikan warna warni yang terlihat dari atas, tidak tahan rasanya untuk menceburkan diri. Tapi berhubung tidak membawa baju ganti, mau tidak mau harus ditahan juga. Setelah puas beristirahat dan berfoto-foto, saya kembali melanjutkan perjalanan.

Perjalanan saya lanjutkan ke arah utara, mengikuti jalan yang hanya satu-satunya menuju arah Tanjung Tinggi. Jalanan yang saya lewati cenderung datar, walaupun ada sedikit tanjakan tapi tidak curam. Penduduk kampung yang saya lewati sepanjang perjalanan ini sangat ramah, sering tegur sapa dan senyum walaupun dengan orang yang tidak dikenal. Tidak beberapa lama saya melihat petunjuk arah jalan menuju pantai wisata Tanjung Kelayang. Penasaran, akhirnya sepeda saya belokkan sebentar di Pantai Tanjung Kelayang. 

Oleh karena bukan musim liburan dan masih hari kerja, maka suasana Pantai-pantai masih sangat sepi. Hanya ada beberapa orang yang saya lihat. Di pantai Tanjung Kelayang banyak saya lihat penyewaan jet-ski, banana boat, bahkan sewaan perahu menuju lokasi-lokasi menarik, salah satunya Pulau Lengkuas. Menurut info, sewa perahu menuju pulau lengkuas berkisar 300-400ribu, tarif berlaku PP dan tidak terbatas waktu, selain itu juga disediakan fasilitas sewa untuk snorkling ataupun diving. 
Tapi karena waktu yang terbatas saya tidak mencoba untuk menyebrang ke Pulau Lengkuas. Hanya mengambil beberapa foto saja di Pantai Tanjung Kelayang lalu melanjutkan lagi perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi.


Suasan pulau Belitung mengingatkan saya dengan pulau Natuna. Tanah berpasir putih, bahkan sampai jauh di tengah pulau, batu-batu granit besar, air muara sungai yang berwarna kemerahan, pantai-pantai yang indah dan juga keramahan penduduknya. Hanya saja Belitung jauh lebih ramai daripada Natuna.

Hari semakin siang, panas dan sinar matahari semakin menyengat, membuat saya benar-benar kelelahan. Tapi pantai Tanjung Tinggi tinggal beberapa kilometer lagi, perjalanan tetap saya lanjutkan walaupun kelelahan dan kelaparan. Akhirnya setelah beberapa kilometer bersepeda saya sampai di pantai Tanjung Tinggi dan saya menemukan tempat yang cukup asyik untuk bersantai. Pemandangan pantai yang sangat indah, air laut yang sangat bersih dan tenang, pasir pantai yang putih dan bersih, sangat cocok untuk beristirahat sejenak dan berfoto-foto.
Berlibur diluar musim liburan memang mengasyikkan, pantai kosong seolah-olah ini adalah pantai pribadi.



Hari sudah menjelang sore, tapi perut belum juga terisi. Akhirnya saya mencari rumah makan di sekitar sini. Rumah makan yang cukup besar dan ada spanduk Bir. Isi perut dan minum bir pasti cukup segar pikir saya. Rumah makannya sebagian besar menyajikan aneka masakan ikan. Berhubung tidak terlalu suka ikan, saya memesan nasi capcay dan beberapa gelas es teh manis. Oleh karena sudah terlanjur kembung es teh manis, saya tidak jadi memesan bir, hahaha.
Ngobrol-ngobrol dengan pemilik rumah makan, sebenarnya ada lagi area yang mengasyikkan, tapi jalan yang dilalui adalah jalan tanah nanjak. Hari sudah semakin sore, saya pun harus kembali ke Tanjung Pandan. Sambil mencari tempat yang dimaksud oleh pemilik rumah makan tadi, saya pun mencoba blusukan di beberapa jalan tanah.

Sedikit menyalahi peruntukkan sepeda memang, sepeda balap dengan ban tipis. Terasa sangat berat dan licin untuk mengayuh di tanah berpasir. Setelah beberapa saat blusukan, akhirnya ketemu juga lokasi yang dimaksud. Jalan tanah yang menanjak, karena tidak memungkinkan untuk mengayuh sampai atas, sepeda terpaksa saya panggul, ya sedikit kayak cyclocross lah, tapi salah bawa sepeda, hahahaha...



Benar saja, pas sampai di atas disuguhi pemandangan yang sangat indah. Pasir pantai putih membentang dengan hiasan batu-batu granit besar. Sayangnya saya tidak bisa menjelajahi tempat ini lebih lama, karena hari sudah semakin sore, saya ingin tiba di Tanjung Pandan sebelum gelap. Tiba di Tanjug Pandan tepat menjelang maghrib, perjalanan yang hanya 80an km, tapi sangat melelahkan, belum lagi ditambah kulit saya yang gosong terbakar.

Sunday 2 February 2014

Bersepeda ke Bogor

Awalnya hanya iseng merespon komen di halaman instagram teman tentang ajakan gowes ke Bogor. Sebenarnya agak ragu-ragu untuk ikut bersepeda ke Bogor, sebab sudah hampir setahun tidak bersepeda, apalagi bersepeda jauh. Tapi rasa ragu-ragu itu terhapuskan setelah komunikasi lebih lanjut via whatsapp dengan teman seperjalanan, intinya saya minta agar jangan ditinggal sebab udah lama tidak bersepeda.

Bersepeda Jakarta-Bogor bukanlah hal yang asing buat saya. Sebelumnya saya sudah sering melakukannya, entah itu hanya untuk iseng atau sekedar ngetes komponen yang baru terpasang di sepeda. Tapi kan saat ini saya sudah lama tidak bersepeda, maka dari itu saya minta ke teman saya kalau saya pasti akan lambat di jalan.

Janjian pada hari Sabtu 1 Feb 2014 sekitar jam 6.30 di perempatan Ragunan. Agak terlambat 15 menit dari jadwal, untung masih ditungguin. Hehehehe..

Tidak pakai lama, langsung melanjutkan perjalanan. Menyusuri Jalan TB Simatupang menuju Jalan Raya Bogor. Mampir di sebuah mini market di perempatan Pasar Rebo untuk membeli air minum dan beberapa cemilan, lalu melanjutkan perjalanan lagi.

Rupanya benar, sepanjang perjalanan menuju Bogor saya cukup jauh tertinggal. Bahkan jauh tertinggal juga dengan seorang kawan yang memakai sepeda dengan settingan handlebar riser dan ban yang cukup lebar. Dalam hati saya menenangkan diri: sudahlah, saya membeli Surly Pacer ini kan memang untuk tujuan commuting, bukan untuk kenceng-kencengan.

Tidak cukup hanya lambat, tapi saya juga terhambat sesuatu hal yang membuat saya harus berhenti cukup lama. Entah kenapa tiba-tiba di jidat saya terasa panas, awalnya seperti digigit semut merah. Saya kira memang digigit semut merah, jadi saya masih sempat melanjutkan perjalanan. Lalu rasa panas semakin terasa dan ditambah dengan nyeri dan perih. Terpaksa saya menepi dan membuka helm saya, ternyata ada seekor tawon kecil (tidak tahu namanya apa, tawon kecil yang banyak kita jumpai hinggap di tukang es buah). Walaupun kecil, ternyata sengatannya cukup sakit juga, sempat sampai keringat dingin sampai beberapa waktu. Dugaan saya, tawon itu masuk menyelinap di helm saya ketika saya lewat pasar Cisalak. Memang di titik itu sangat macet, bahkan saya sampai harus sedikit menuntun sepeda saya karena saking padatnya oleh angkot, sepeda motor, dan pedagang sayur. Mungkin tawon itu masuk ketika saya melewati beberapa titik pedagang buah, tapi ya tidak tahu juga...

Berhenti cukup lama untuk mengompres kepala dengan botol air dingin yang tadi dibeli, walaupun sudah tidak berasa dingin, tapi lumayan untuk mengurangi rasa panas. Setelah rasa panas dan nyeri agak reda saya melanjutkan lagi perjalanan. Sesampainya di Bogor, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Kebun Raya Bogor.

Masuk kebun raya tiketnya cukup terjangkau dan yang pasti boleh masuk bawa sepeda. Tiket masuk orang dewasa Rp. 14.000 ditambah tiket masuk sepeda Rp. 5.000 jadi total Rp. 19.000. Saat itu masuk kebun raya kurang lebih jam 10.30, tapi cuaca Bogor yang waktu itu tidak terlalu cerah dan suasana Kebun Raya yang rindang dan sejuk membuat waktu seolah-olah masih sekitar jam 8 atau jam 9 pagi.

Di dalam Kebun Raya kami berkeliling-keling, mencari titik-titik untuk berfoto (sepedanya).




Setelah puas berkeliling-keliling, akhirnya kami makan siang di sebuah restoran namanya Cafe De'Daunan. Menu yang disajikan kebanyakan menu masakan lokal dan beberapa masakan internasional umum. Suasana restoran yang berada di tempat yang lebih tinggi, ditambah angin yang sejuk membuat kami malas untuk beranjak, ditambah lagi salah satu teman tertidur di bangkunya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 14 lebih. Waktunya untuk kembali pulang. Akhirnya kami meninggalkan Kebun Raya dan melanjutkan perjalanan pulang. Sempat terhenti beberapa saat untuk menunggu teman menambal ban yang bocor di tukang tambal ban.

Perjalanan pulang tidak terlalu berat, selain kontur jalananan yang cenderung menurun, saya sangat terbantu dengan drafting di belakang teman saya. Salah satu keuntungan punya teman besar di saat sepedahan, bisa buat drafting, hehehehe... Di perjalanan sempat beberapa kali kehujanan, tapi hal tersebut tidak membuat perjalanan kami berhenti. Pada perjalanan pulang ini kami memilih rute Parung, selain lebih dekat, juga tidak banyak titik macet. Sampai di perempatan Gaplek kami berpisah, saya belok kiri ke arah Pamulang untuk melanjutkan ke arah Bintaro, sementara dua orang teman saya mengambil arah ke Pondok Cabe untuk langsung lanjut ke arah Fatmawati.

Sampai di rumah sekitar jam 19.30, karena sempat berhenti di warteg untuk makan sore. Total kilometer yang ditempuh berdasarkan cyclocomp adalah 123.25 km. Lumayan lah untuk yang sudah lama tidak sepedahan.


Saturday 25 January 2014

Surly Pacer

Setelah sekian lama tidak bersepeda karena Sepeda Polygon Cyclos sudah saya jual beberapa bulan lalu, timbul rasa kangen bersepeda. Apalagi sekarang Lala sudah mulai besar, tidak serepot dulu ketika masih bayi, jangankan bersepeda, menonton TV pun kadang tidak sempat.

Memang sudah lama saya ingin memiliki Surly Pacer. Rasanya lengkap sudah pasangan Surly, jika saya ada Surly Pacer yang menemani Steamroller.

Berawal dari iseng-iseng email distributor Surly di Indonesia, menanyakan stok frameset Pacer ukuran 50. Jawabannya cukup mengejutkan, si penjual bersedia mengambil framesetnya saja dari Fullbike. Setelah diskusi lebih lanjut via email, si penjual akhirnya menelfon bahwa untuk ukuran tinggi seperti saya cocoknya ukuran 52. Ukuran 52 ada stok tapi warnanya hijau tua dan harganya lebih murah (karena versi tahun 2012). Ya sudah, akhirnya diambillah Surly Pacer.

Komponen-komponen lain saya berburu santai dari beberapa penjual di situs Bukalapak. Ada sedikit kekecewaan ketika beli crankset 105 octalink. Ternyata BB Octalink bawaannya adalah model ES25 (BB Octalink untuk crank MTB atau disebut Octalink V2), sementara untuk crank 105 menggunakan octalink V1.
Perhatiakan gambar di bawah ini

Beruntung ketika dirakit di Pancalen Cycles, ternyata ada BB5500 (BB Octalink untuk 105) ngumpet di salah satu kotak komponen. Tanpa pikir panjang, langsung saya minta pasangkan. Selain memang pasangannya (lebih enteng dan lebih halus putarannya dibanding ES25), BB Cup sebelah kiri juga lebih manis, memberikan kesan klasik.


Satu hal kekhawatiran saya mengenai Surly Pacer adalah clearance roda yang cukup besar, karena Surly Pacer bisa dimuati ban hingga 700x32 (atau 700x28 dengan fender), maka diperlukan rem yang minimal medium reach. Hal ini sudah disampaikan oleh penjualnya. Tapi karena rem medium reach agak jarang ditemui dan harganya lebih mahal, maka saya mencoba pakai rem short reach, sama yang dipakai oleh roadbike pada umumnya.

Ternyata setelah terpasang, tidak terdapat kendala sama sekali. Memang, jika dilihat dari clearance yang tersisa, rasanya tidak memungkinkan untuk dipasang fender.


Spek Lengkap:
Frame: Surly Pacer ukuran 52 (Model tahun 2012)
Fork: Surly Pacer
Seat Clamp: Surly
Headset: United
Seatpost: United 27.2
Sadel: Velo Senso Miles
Stem: Polygon Expert 90mm x 31.8mm
Dropbar: Amoeba Borla 420mm + Bartape BBB
Caliper Brake: Tektro 536
Brifter: 105 2x10
FD: Shimano 2300
RD: Shimano 105
Sprocket: Tiagra 10speed
Rantai: Tiagra 10speed
Crank: 105 Octalink
Pedal: Shimano 520
Wheelset: Shimano RS20 + Continental Ultra Sport 700x25