Wednesday 28 June 2023

TOURING BOGOR-BLITAR DENGAN YAMAHA XMAX CONNECTED

Jadi ceritanya saya mau nyusul Istri dan Anak-anak yang sudah lebih dulu ke Blitar naik bis dua hari sebelumnya. Pada musim liburan kenaikan kelas kali ini Istri dan Anak-anak memang ada rencana untuk berkunjung ke rumah Nenek di Blitar, tapi berhubung saya masih agak banyak pekerjaan akhirnya Istri dan Anak-anak berangkat duluan naik bis. 

Kerjaan ternyata sudah bisa ditinggal, akhirnya ada kesempatan untuk nyusul, tidak naik Bis, tidak naik Kereta, tidak juga naik Mobil, tapi naik Motor. Ya Motor... hehehe. Percuma dong sudah punya Xmax yang konon katanya nyaman buat perjalanan jauh tapi tidak pernah dibawa jalan jauh. Ini sekaligus jadi ajang pembuktian dan review apakah benar atau tidak kata teman-teman yang sudah duluan punya Xmax ini. 

Malam sebelum berangkat hal pertama yang saya persiapkan adalah mencari Jaket. Mau cari jaket yang proper untuk touring jauh sepertinya sudah tidak cukup waktunya, akhirnya saya ke toko perlengkapan naik gunung dekat rumah untuk beli rompi sebagai dobelan jaket hoodie Nevada saya. Ya jaket ini adalah jaket favorit saya karena  cukup nyaman dan tidak bikin gerah ketika dipakai. Tapi berhubung jaket ini bahannya full katun dan hanya satu lapis saja, memakai jaket ini untuk touring jarak jauh tentu akan membuat badan jadi gampang masuk angin. Solusi singkat dan cukup ampuh ya di double pakai Rompi dengan bahan parasut bubble ini. Setelah dapat rompi, lanjut ke SPBU untuk mengisi Pertamax sebanyak Rp. 120.000.

Rompi sudah dapat, BBM sudah terisi penuh, lanjut mempersiapkan logistik yang akan dibawa Touring


Logistik yang saya bawa sebagai berikut:

1. Snorkeling Set (Ada rencana mau mencoba snorkeling spot di salah satu pantai di Trenggalek)

2. Kamera Mirrorless, Gopro dan perlengkapannya. Dua ini alat wajib ada di setiap perjalanan saya.

3. Laptop. Walaupun lagi touring dan liburan, tetap harus siap kalau seandainya klien menghubungi untuk revisi pekerjaan ataupun zoom meeting.

4. Jaket dan Rompi

5. Pakaian Ganti Secukupnya

6. Jas Hujan

7. Helm yang terpasang mic dan earphone bluetooth untuk kemudahan komunikasi telfon ataupun mendengarkan musik.

8. Tas Punggung 40 L.

Semua persiapan sudah selesai, lamjut tidur demi istirahat yang cukup untuk start touring keesokan paginya. Bangun jam 4.45, langsung mandi biar seger, sarapan secukupnya lalu loading logistik ke jok motor. Target memang berangkat dari rumah maksimal subuh supaya bisa melewati Puncak (Kab. Bogor) sebelum waktunya macet, maklum berangkat pada hari minggu dan musim liburan. 

Berangkat masih dalam kondisi gelap ditambah udara masih terasa cukup dingin menusuk jari-jari, beruntung pemakaian rompi berhasil membuat badan dan leher terasa hangat.  Sengaja memilih rute Selatan, walaupun lebih jauh dan lebih lama tapi lebih bisa menikmati perjalanan dibanding lewat Pantura yang jalurnya lebih panas dan banyak dilalui truk-truk besar.

Sepanjang perjalanan dari Puncak, Bandung, Tasikmalaya, hingga istirahat untuk makan siang di Cilacap di lalui tanpa halangan. Perjalanan sejauh 325 KM yang ditempuh selama 8 jam lebih berhasil dilalui dengan nyaman oleh Xmax Connected ini. Sebagai orang yang baru pertama nyoba touring jauh, ternyata naik Xmax ini benar-benar nyaman, tidak terasa pantat kebas ataupun pinggang yang pegel-pegel. Terima kasih kepada bentuk Jok yang lebar dan nyaman serta posisi duduk yang ergonomis.

Power dan Torsi motor ini sangat cukup melibas tanjakan dan tikungan khas jalur Selatan. Mesin pun tidak meraung-raung untuk menjaga kecepatan motor di atas 90km/jam ketika jalan lurus, cukup di kisaran 5000rpm saja. Kekurangan yang pada awalnya saya rasakan di sektor rem tidak terasa pada touring kali ini, entah kenapa di usia motor yang sudah melebihi 4000km ini, rem depan malah terasa makin pakem, mungkin kondisi kampas cakramnya sudah "break in" jadinya baru terasa pakem setelah melalui ribuan kilometer. Kepakeman rem Xmax ini sangat membantu dalam mengontrol laju motor di jalur turunan dan tikungan khas jalur selatan.

Suspensi standarpun masih lebih dari cukup untuk menunjang perjalanan touring jauh. Pada saat jalanan lurus motor terasa sangat stabil, tidak terasa goncangan yang berlebihan. Jalanan bumpy pun juga bisa diredam dengan sangat baik, tidak terasa sok mentok atau rebound yang terlalu cepat pada jalanan bumpy. Walaupun begitu, tetap terasa ada kekurangan yang sebenarnya masih bisa dikompensasi, yaitu di sektor ban standar bawaannya Dunlop Scoor Smart 2 yang agak terasa kurang nyaman ketika dibawa melintasi marka jalan. Ketika melintas marka jalan, terasa motor agak sedikit bergeser, seperti sedikit kehilangan grip di aspal. Begitupun ketika diajak belok rebah, saya masih merasa ragu ban ini bisa nurut ketika diajak cornering rebah. Yaaa, memang sih motor ini bukan motor untuk cornering rebahan layaknya motor sport



Sesampainya di Cilacap, saya beristirahat untuk makan siang di salah satu rumah makan di pinggir sawah. Pertamax yang saya isi semalam pun sudah mulai habis dan saya mengisi pertamax sebanyak Rp. 120.000 lagi di Cilacap.


Setelah cukup beristirahat, menyelonjorkan kaki dan menghilangkan ngantuk, sayapun melanjutkan perjalanan menuju Jogja melalui Jalur Lintas Selatan (JLS) Daendels Kebumen. Melewati JLS ini dengan suasana matahari sore benar-benar menyejukkan mata dan jiwa.





 
Jalanan sepi, lurus, aspal yang mulus, cuaca cerah benar-benar kombinasi yang menggoda untuk memutar gas lebih dalam lagi, tapi untungnya saya lebih memilih untuk menikmati suasana perjalanan daripada ngebut di JLS Daendels. 

Akhirnya saya sampai di daerah Bantul, D.I.Y pada pukul 19.00, saya pun berhenti di sebuah gerobak Bakmi Jawa. Sambil browsing tempat penginapan di dekat sini. 

Pilihan penginapan jatuh kepada Puri Ganjuran, sebuah Penginapan di dalam lingkungan pedesaan dengan harga relatif terjangkau, Rp. 275.000 sudah termasuk sarapan nasi gudeng 2 box, AC, Spring Bed yang nyaman, internet wifi yang cukup kencang dan juga air panas. Berhubung di tengah pedesaan dan pada saat tulisan ini dibuat (Bulan Juni) daerah pesisir selatan Jawa mengalami fase "bediding" maka fasilitas AC pun tidak terpakai.




Saking pulesnya tidur, membuat bangun agak kesiangan. Bangun sudah melewati jam 7 dan 2 box nasi gudeg pun sudah disiapkan di meja teras kamar. Hmmm, lumayan nih yang 1 box lagi bisa dibawa dijadikan bekal buat makan siang, hahaha... 
Ternyata apa yang diprediksi pun terjadi, klien menghubungi untuk kordinasi masalah pekerjaan. Terpaksa buka laptop dulu dan mengurus pekerjaan sebelum siap-siap berangkat. 

Baru benar-benar bisa berangkat jam 9.15 setelah semua urusan dengan klien selesai, batere gopro, HP dan wireless earphone helm sudah terisi penuh.

Perjalanan touring hari kedua Jogja-Blitar dimulai dengan melewati rute pedesaan Jogja. 

Saya memilih jalur menuju Gunung Kidul lalu arah Pracimantoro Pacitan via sedikit JLS Gunung Kidul. 


Rute Jogja Pacitan dipenuhi dengan tanjakan dan tikungan yang cukup menguras tenaga. Beruntung rem Xmax ini sudah mulai pakem, jadi benar-benar membantu banget. Saya rasa bagi teman-teman user Xmax, tidak perlu upgrade rem depan ke merk lain, cukup bersabar menunggu masa "brake in" selama beberapa ribu KM, hehehe...
Ketika sampai Pacitan, motor langsung di arahkan ke JLS Pacitan menuju Trenggalek.

Rute Pacitan-Trenggalek pun juga dipenuhi dengan tanjakan dan tikugan yang lebih menguras tenaga.
Terlebih lagi diarahkan oleh Google Maps melewati jalan Desa dengan kondisi jalan coran setapak, pada awalnya saya masih menganggap wajar pemilihan rutenya, apalagi terdapat beberapa spot pemandangan yang indah.

Tapi lama kelamaan jalur yang dipilihkan oleh Google Map semakin ajaib. Yang awalnya jalan rabat beton desa yang bisa dilalui mobil simpangan, hingga akhirnya jalan rabat beton setapak yang membutuhkan konsentrasi ekstra supaya tidak kejeblos, kurang lebih jalan yang saya lalui di tengah pedesaan di perbukitan Trenggalek seperti ini, tapi dengan kondisi lebih curam dan jalan rabat yang lebih hancur kondisinya. 
Mohon maaf untuk rute ini saya tidak sempat mendokumentasikan, karena murni fokus di control motor supaya bisa melewati wilayah ini dengan selamat.

Lagi-lagi kombinasi Power-Torsi dan Pengereman yang mumpuni berhasil membuat Xmax melalui segala kondisi yang cukup membuat tepok jidat, walaupun melelahkan dan memakan waktu, akhirnya saya bisa mencapai JLS Trenggalek-Tulungagung dengan aman.

Tujuan awal membawa perlengkapan snorkeling adalah ingin mencoba spot snorkeling di Pantai Mutiara Trenggalek, yang lokasinya nempel dengan JLS. Tapi sayangnya ketika sampai sana sudah kesorean. Pengurus setempat mengatakan kalau sudah siang ke sore malah tidak bisa lihat apa-apa, karena kondisi cahaya matahari yang sudah meredup dan kondisi pasir dasar laut yang naik. Disarankan kalau mau snorkeling pagi, antara jam 7 hingga jam 11 pagi. Baiklah karena gagal snorkeling, akhirnya perjalanan saya lanjutkan menuju Tulungagung via JLS. 

Melewati JLS Tulungagung agak berbeda dengan melewati JLS Daendels. Jika pada JLS Daendels jalanan panjang lurus sejauh lebih dari 70km, pada JLS Tulungagung kita disuguhi pemandangan jalanan berkelok membelah bukit dan juga pemandangan Samudra Hindia.



Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih sejauh 820km selama 2 Hari, saya sampai dengan selamat di rumah nenek di Blitar. 

Tinggal mikir pulangnya lagi ke rumah, apakah mau dipaket Kereta Api atau dibawa Touring kembali?

heheheheh...






No comments:

Post a Comment