Friday, 11 November 2011

NJS Stamp? Okelah.. Tapi VIA Stamp dan JIS Stamp juga ga perlu disebutin lah (Demi Naikin Harga Jual)

Mungkin agak telat saya membuat tulisan ini, tapi ada pepatah lama: "Lebih baik telat daripada tidak sama sekali"

Di dalam demam sepeda Fixie ini ada salah satu "aliran" atau mungkin "style" (atau ya begitulah kira-kira), yang gampangnya disebut NJS atau Keirin...

Apa itu NJS? Berdasarkan Web ini NJS artinya adalah:

Prior to the JKA's founding, keirin races were overseen by the Nihon Jitensha Shinkōkai (日本自転車振興会?, lit. Japan Bicycle Promotion Association), or Japan Keirin Association, often abbreviatedNJS. Today the present JKA is responsible for fostering Japan's bicycle industry and regulating keirin racing in Japan.
In addition to licensing keirin racers, the association sets specifications for frames and parts such as wheel size, spoke count, frame geometry, and even weight and material of components. These requirements were established in 1957 in an attempt to prevent any racers from having equipment-related advantages.[1]
Because the foundation's main objective is supporting the Japanese cycling market, its bureaucracy is notoriously critical of foreign manufacturers attempting to enter the Japanese market. The Italian cycling equipment manufacturer Campagnolo has, though, received keirin racing certification.
A common misconception regarding certification is that it is a mark of quality, when in fact it is simply a mark of standardization; parts stamped with the NJS logo have become fashionable in recent years with some Western cyclists.

Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar mengenai NJS ini, karena saya memang tidak mendalaminya dan tidak ada minat untuk mempelajarinya.
Tapi yang sepanjang saya tau dari berbagai referensi, gampangnya NJS itu suatu asosiasi balap sepeda track Jepang, dengan regulasi yang dimilikinya, sehingga semua sepeda dan komponennya harus lulus regulasi tersebut, dibuktikan dengan Cap (stamp) NJS...

Nah, dengan kondisi ini, di beberapa kalangan fanatik, hobbyist, (dan mungkin juga) pedagang, dimanfaatkan sehingga akhirnya dapat meningkatkan harga jual (walupun pada akhirnya tidak cocok dengan penggunanya dan harganya juga ga realistis).
Tapi sekali lagi, saya tidak menyinggung masalah NJS ini, karena memang sudah ada segmennya dan kaum fanatiknya.

Karena dengan ada embel-embel NJS Stamp itu, maka "dipercaya" dapat meningkatkan harga jual...
Nah, yang repot itu kalo ada pedagang part sepeda dadakan yang memanfaatkan embel-embel stamp diluar NJS dengan harapan dapat menaikkan harga jual.

Contohnya saja: VIA dan JIS...
seperti yang saya temukan di sini dan di sini,

Baiklah, mari kita coba jabarkan dari berbagai referensi yang saya peroleh:

"VIA" ("Vehicle Inspection Authority") is stamped on all Shimano parts. It is an official approval stamp used to certify parts of Japanese vehicles - including bicycles. This mark signifies compliance with certain quality standards and is similar to the "UL" (Underwriters Laboratories) mark. Sumber
 Nah, dari kutipan kalimat tersebut terlihat jelas bukan?
Sekarang, mari kita lanjut ke JIS:
Japanese Industrial Standards (JIS(日本工業規格 Nippon Kōgyō Kikaku?) specifies the standards used for industrial activities in Japan. The standardization process is coordinated by Japanese Industrial Standards Committee and published through Japanese Standards AssociationSumber
Jadi, jika dilihat dari keterangan tersebut (kecuali NJS ya mungkin) cap VIA dan JIS itu sebenernya bukan menjadi hal yang patut dibanggakan, apalagi demi menaikkan harga jual...

Jika memang dengan ada stempel VIA dan JIS suatu barang jadi mahal, maka kaca mobil saya bisa jadi mahal donk kan, ada stempel JIS-nya



Hehehehe...

(jadilah pedagang yang baik dengan memberi edukasi yang tepat dan layak kepada calon pembeli, jangan hanya memanfaatkan suatu momen dan kondisi tertentu untuk menaikkan harga jual tanpa info yang tepat)

Salam

Gelar pendidikan tidak menjamin kesuksesan karir... (2)

Jika di tulisan sebelumnya saya menceritakan tentang kakak ipar saya, seorang lulusan SMP, mantan kuli dan juga pembantu rumah tangga (tukang kebun dan tukang cuci hewan peliharaan), yang kini sukses menjadi Direktur atas perusahaannya sendiri...

Di tulisan ini saya akan menceritakan seorang yang mungkin lebih apes lagi (dari segi latar belakang pendidikan dan juga pengalaman kerja) dari kakak ipar saya, namun dengan kesuksesan yang lebih tinggi dari kakak ipar saya.

Sebut saja pak D, dia merupakan rekan kerja kakak ipar saya, seorang kontraktor besi, spesialis pekerjaan las dan segala macam yang berhubungan dengan pekerjaan besi. Sering bekerjasama dengan kakak ipar saya apabila sedang ada proyek, bahkan sering juga saling kasih proyek. Orangnya cukup sederhana, perawakannya pendek dekil, mungkin jika tidak lagi nyetir SUV Kelas Menengah terbarunya orang gak akan nyangka dia adalah bos dari 2 buah workshop dan 1 pabrik di pinggiran Ibukota.

Dia tidak kaya secara tiba-tiba. Bukan seperti orang yang tiba-tiba ditelfon oleh orang lain "Pak, anda menang undian 6 Milyar!" tapi dirintis dengan penderitaan. Dulunya dia adalah sales keliling dari bengkel las milik bosnya. Keliling dari rumah ke rumah dengan sepeda bututnya, menawarkan pagar atau kanopi. Bahkan suatu saat dia pernah tidak bisa bekerja karena sepedanya bocor dan tidak punya uang untuk menambal.

Dan satu hal yang mengagetkan lagi...
Kakak ipar saya bilang: "gitu-gitu dia SD gak lulus loh"


.........

Baiklah....

Tulisan ini bukan bermaksud untuk menurunkan semangat teman-teman yang mungkin sudah sekolah hingga Sarjana, Master, dan gelar lainnya (tapi pekerjaan/karir/usaha mentok disitu-situ aja). Tapi justru (semoga) bisa memacu untuk lebih semangat dan giat lagi.
Paling tidak ada penyemangat dalam diri sendiri: "Masak saya kalah ama orang ga lulus SD?!"

Dan juga sebagai renungan buat temen-temen yang masih menjadi budak Gelar...

Salam