Friday 17 December 2010

Perjalanan ke Pulau Morotai.

Perjalanan ke Morotai ini merupakan Proyek pertama perusahaan yang saya kelola sendiri. Alhamdulillah walaupun masih skala kecil namun sudah dipercaya oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk melaksanaan pekerjaan di Morotai.

Perjalanan saya ke Morotai ini berlangsung tidak lama, hanya 4 hari, karena memang kuantitas dan kualitas pekerjaan yang sedikit.

Oke, seperti biasa, saya tidak akan menceritakan pekerjaan apa yang saya lakukan di sana. Tapi saya akan menceritakan bagaimana perjalanan saya disana.

Dimana sih letaknya Pulau Morotai itu?
Secara administrasi, nama Pulau Morotai adalah, Kabupaten Pulau Morotai, terletak di bawah Provinsi Maluku Utara. Letak persisnya ada di utara Pulau Halmahera (Lihat gambar merah di bawah).


Untuk dapat mencapai ke Morotai, kita terlebih dahulu naik pesawat ke Pulau Ternate (Bandara Babulah). Jangan khawatir, walaupun pulau kecil (keliling hanya 42km), Ternate ini Kota Besar menurut saya dengan fasilitas yang lengkap, jadi Penerbangan ke sana pun sudah banyak dan reguler setiap hari. Contoh dari Jakarta saja sudah ada penerbangan seperti Batavia, Sriwijaya dan Lion. 

Saya sendiri memilih Batavia Air, yang berangkat jam 1.30, karena penerbangan tersebut langsung ke Ternate, tanpa transit ke kota lain dulu (biasanya transit di Surabaya dan Ujung Pandang). Penerbangan berlangsung selama 3 jam 30 menit dan saya tidak bisa tidur, karena suhu kabin yang sangat dingin hingga membuat saya menggigil. Beruntung para penumpang mendapat hidangan kopi/teh hangat dan makanan berupa nasi box, lumayan untuk menghangatkan badan sejenak.
Harga tiket ke Ternate sekali jalan berkisar antara 900-1,5 juta rupiah. Oleh karena itu jika ingin ke Ternate pastikan anda sudah membooking tiket jauh-jauh hari agar dapat harga murah.

Jika sudah sampai Ternate, anda dapat melanjutkan perjalanan ke Morotai dengan beberapa alternatif pilihan.

Yaitu via Udara, Lintas (laut,darat,laut) dan Laut.
Di blog ini akan saya jelaskan mengenai 2 perjalanan yang saya tempuh, yaitu Udara dan Lintas. Untuk yang laut, saya hanya dapat sedikit informasinya, kalau tidak salah hanya ada 1 kali seminggu kapal dari Ternate - Morotai dan sebaliknya.

Karena tidak dapat tiket langsung pada hari Senin (saya tiba hari Senin), maka saya terpaksa membeli tiket Merpati untuk keesokan harinya, untung masih dapat. Saya pun punya kesempatan 1 hari untuk menginap di Ternate.
Pulau ternate ini sangat kecil, keliling hanya 42km, kurang lebih 1,5 jam keliling dengan motor perjalanan santai. Sebenarnya pulau Ternate ini adalah Pulau Gunung Vulkanik dengan Gunung Vulkanik (Gunung Gamalama) di tengahnya. Kota Ternate hanya ramai di sisi yang menghadap ke Pulau Halmahera, sedangkan sisi yang lain masih hutan belantara.

Sama seperti permasalahan kota besar lainnya, sepertinya pemukiman padat dan kumuh juga tidak bisa dihindari.


Dan berikut sedikit foto-foto pelabuhan Ternate dan suasana malam ketika saya berjalan-jalan sore di Morotai.









Perjalanan via Udara menuju Morotai dapat ditempuh via Merpati. Penerbangan ini merupakan penerbangan perintis yang disubsidi oleh pemerintah. Harga tiketnya sangat murah hanya 250ribu (kurang lebih sama dengan kalau kita naik Lintas, yang akan saya jelaskan nanti di bawah).
Jadwal Merpati hanya ada Senin, Selasa, Rabu dan Sabtu. Yang patut diingat adalah, karena Pesawat yang digunakan adalah jenis Cassa 212 yang hanya muat untuk 12 orang, maka sebaiknya anda sudah membooking juga dari jauh-jauh hari.


Pesawat ini sangat sempit, format tempat duduk hanya 1-2. antara kabin penumpang dan pilot hanya dipisahkan oleh kelambu kain, tanpa ada pintunya, jadi kita bisa melihat agak jelas apa yang sedang dilakukan oleh pilot.


Perjalanan menuju Morotai via Udara memakan waktu kurang lebih 45 menit. Kebanyakan terbang tidak terlalu tinggi di atas pulau Halmahera



Pulau Morotai memiliki sejarah sendiri, yaitu sebagai markas sekutu ketika Perang Dunia, sebenarnya Morotai memiliki 7-9 runway di Landasan Udaranya, namun sayang hanya digunakan 1 saja.
Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar mengenai sejarah Morotai, sejarah Morotai dapat anda lihat salah satunya di sini.

Sesampainya di Morotai saya sudah langsung disambut dengan orang Dinas Kelautan dan Perikanan setempat. Saya langsung di arahkan ke Penginapan setempat, Penginapan yang cukup nyaman menurut saya hanya ada 2, yaitu Pacific Inn dan Penginapan Sinar Mas, dengan harga 250ribu lebih per malamnya.
Yang patut diingat adalah, di Morotai selalu terjadi pemadaman listrik pada jam 13.00-18.00. Jika anda berencana tinggal di Morotai, harap diingat jadwal pemadaman ini, jangan sampai anda tidak dapat mencharge HP/Laptop/Kamera dll...

Ketika datang saya langsung bermalam di salah penginapan yang saya sebutkan tadi sebelumnya, lalu bersiap-siap untuk besoknya memulai pekerjaan.

Pekerjaan saya dilakukan di salah satu desa, tidak jauh dari Daruba (Kotanya di Morotai), kurang lebih 30menit dan jalannya lumayan bagus...

Pantai-pantai di Pulau Morotai lebih banyak Pasir Hitam, dan banyak terdapat perkampungan nelayan.




Pekerjaan saya selesaikan dalam waktu 2 hari saja, masih ada sisa waktu 1 hari sebelum saya pulang ke Jakarta (via Ternate). Saya pun meminta kawan saya yang bekerja di Dinas Kelautan dan Perikanan untuk dicarikan sebuah perahu untuk ke Pulau Dodola (salah satu tujuan wisata di Morotai).

Akses ke Pulau Dodola dapat ditempuh hanya dengan mencarter sebuah speed boat, namun harganya sangat mahal, paling tidak bisa 500-1juta sekali carter untuk perjalanan PP (jika hari sabtu-minggu akan murah, soalnya banyak yang pergi, jadi harga sewa bisa patungan dengan penumpang lain). Karena relatif mahal, maka saya disarankan untuk menyewa ketinting (atau mereka menyebutnya dengan "Body", mungkin karena Body-nya terbuat dari Fiberglass atau karena ada Body Samping).
Menyewa Body lebih murah jika dibanding kita menyewa speed boat, namun dengan konsekuensi lebih lambat jalannya. Tapi tidak masalah, karena justru kita bisa lebih menikmati perjalanan.

Kurang lebih bentuknya seperti ini:

Pemberhentian pertama adalah Pulau Zum-zum, dengan pasir pantainya yang putih dan sedikit batu-batu kecil. Harap berhati-hati jika anda berjalan kaki disini, karena banyak bangkai bekas kendaraan tempur yang sudah berkarat dan tertimbun pasir atau tanah. Berikut sedikit keindahan pulau Zum-Zum.





Selesai mengunjungi pulau Zum-Zum, perjalanan saya lanjutkan ke Pulau Dodola. Sepanjang perjalan saya takjub dengan keindahan Bahari Kepulauan ini. Bagaimana tidak, ketinting sudah berkilo-kilo jauhnya dari bibir pantai terdekat, tapi kedalaman laut hanya berkisar 1-3meter, sehingga terumbu karang pun sangat terlihat dari atas ketinting. Namun sayang saya tidak memfotonya, karena dalam keadaan jalan air laut nyiprat-nyiprat dan saya belum punya underwater casing untuk Kamera saya.

Sesampainya di Pulau Dodola, saya dibuat takjub oleh keindahan alamnya. Hamparan pasir putih yang luas air laut yang sangat jernih. Setelah sedikit berfoto-foto, saya pun langsung menceburkan diri saya ke laut.
Satu hal yang membuat saya menyesal adalah, saya tidak membawa peralatan snorkling saya, karena tas sudah terisi penuh.








Kurang lebih seperti ini perjalanan saya yang berhasil saya rekam via GPS (start dari Pulau Zum-Zum):


Saya pun kembali lagi ke Daruba untuk menginap semalam sebelum akhirnya saya harus kembali ke Ternate.
Karena tidak mendapat tiket Merpati ke Ternate. Maka saya memutuskan untuk naik Lintas, hitung-hitung sebagai pengalaman.

Naik Lintas ada beberapa tahapan, pertama saya harus naik speed boat dari Morotai ke Tobelo (Halmahera Utara)

Speed Boat dari dan menuju Tobelo sangat terbatas, dari Morotai pastikan anda sudah standby di Pelabuhan jam 8 pagi (begitu juga jika anda dari Tobelo). Tiketnya relatif murah, hanya 50ribu saja. Maklum murah, sebab kapasitas speed boat relatif besar, muat hingga 50 orang.
Daripada duduk di dalam, saya memilih untuk duduk di atap speed boat, sambil memandangi perairan Halmahera Utara yang indah, sesekali saya menemui kawanan lumba-lumba yang mengikuti speed boat, namun sayang saya kurang cepat mengambil kamera.



Sesampainya di Tobelo, saya langsung disambut oleh perantara Angkutan yang siap mengantarkan tujuan berikutnya yaitu Sofifi. Jangan kaget dengan Angkutan di Halmahera, anda tidak akan menemukan Carry biru atau Kijang kotak layaknya di Jakarta (carry memang ada, tapi hanya untuk jarak dekat). Angkutan yang digunakan adalah Toyota Innova, Toyota Rush, Avanza, Honda Jazz, bahkan untuk ke rute lain digunakan X-Trail dan Pajero, dan semua kendaraan tersebut adalah Angkutan resmi dengan plat kuning.

Setibanya di Sofifi, saya harus menyebrang lagi dengan speed boat, namun bedanya speed boat yang digunakan lebih kecil, dengan biaya sewa sebesar 300ribu dan muat untuk 6 orang, jika sudah lengkap 6 orang, maka ongkosnya dapat dibagi 6 hingga kita tinggal bayar 50ribu saja.

Awalnya saya ingin duduk diatas seperti sebelumnya, namun oleh operator speedboatnya hal itu dilarang, karena pernah ada yang jatuh sebelumnya. Ternyata memang benar, selama perjalanan speed boat yang saya tumpangi sering lompat-lompat, mungkin karena ukurannya yang kecil, tidak terbayang jika memang saya duduk diatas tadi.


Tiba di Ternate sudah menjelang malam, dan saya pun mencari penginapan murah di tengah Kota agar besok pagi saya tidak tertinggal pesawat menuju Jakarta.

Dan akhirnya perjalanan saya ke Morotai selesai sudah.

6 comments:

  1. Malam..

    saya ingin ke maluku utara. perjalanan darat dari sofifi/jailolo ke tobelo itu berapa lama yah ? dan kalau dari morotai ke dodola itu berapa lama naik kapal/katingtingnya yah ?biayanya juga berapa ?

    trims

    ReplyDelete
  2. Halo, terima kasih udah berkunjung ke blog saya.

    perjalanan sofifi-tobelo kalo ga salah inget sekitar 5 jam-an, dan berenti kurang lebih 1/2 - 1 jam di pertengahan jalan untuk makan.

    Kalo kemaren saya naik ketiting sekitar 1 jam, biayanya 300ribu..
    sebenarnya ketinting ini bukan ketinting komersil, tapi perahu milik nelayan. Jadi waktu itu saya minta teman di dinas kelautan untuk dicarikan perahu ke pulau dodola. Dapetnya ketinting itu..

    Kalau khusus untuk penyewaan (komersil) adanya speedboat, tapi ukurannya cukup besar, mungkin kapasitas 10-20 orang.. kalo hari biasanya sewanya cukup mahal, bisa 1.5juta lebih, karena jarang ada yang ke pulau dodola, jadi hitungannya carter... nah, kalo weekend lumayan murah, karena dihitung tarif per orang..

    tapi mendingan naik ketinting sih, pelan-pelan.. santai, nanti bisa liat spot di tengah laut yang ternyata dangkal, sampai terumbu karangnya bisa terlihat jelas

    ReplyDelete
  3. siang
    naik boat dari tobelo ke morotai brapa lama yah?..

    ReplyDelete
  4. halo, maaf baru respon... naik boat kalo tidak salah sekitar 2-3 jam dari tobelo menuju morotai

    ReplyDelete
  5. Terimakasih mas Galih atas ulasan dari pengalamannya. Seru banget kerja sambil wisata hehe. Mau tanya nih ada waktu2 yang ga bisa melaut ga ya? misal pas musim angin timur dsb. Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mas Rury, terimakasih sudah mampir dan baca blog saya. Iya kebetulan dapat kerjaan yang mengharuskan saya ke morotai, ya dinikmati saja..
      Saya barusan tanya teman saya di sana, memang ada waktu dan lokasi tertentu, tapi ga semua dan temporary aja. Bulan januari - februari biasanya bagian utara agak besar ombaknya, tapi untuk bagian timur dan selatan biasa saja..

      Delete